Mata Kuliah : Dasar-dasar Bimbingan Konseling
Bobot : 3 SKS
Pengampu : Lukman Harahap, M.Pd
Topik Bahasan :
Kontrak Belajar : Dalam perkuliahan ini para mahasiswa diharapkan dapat mengakses melalui internet dengan alamat blog: http://guslukman.blogspot.com
Email : gus.lukman@gmail.com
Selain itu masing-masing mahasiswa wajib memiliki buku dasar-dasar BK dengan judul Dasar-dasar BK karangan Prayitno Ermananti sebagai hand book.
Topik Mata Kuliah :
- Pengantar BK
- Tujuan BK
- Asas-asas BK
- Fungsi BK
- Hakekat Manusia
- Landasan BK
- Layanan BK
- Instrumen BK
- Alat tes dan Non Tes
- Profesi BK
Tugas dan TAS Semester
Tugas meliputi:
- Memberikan komentar tentang contoh kasus, minimal 2 kasus
- Membeberikan solusi terhadap 1 kasus dengan menggunakan minimal 2 pendekatan dari landasan konseling. Contoh masalah Pergaulan Bebas bisa dilakukan dengan pendekatan Psikologis dan Budaya. Kemudian diuraikan.
- Mengklipping beberapa artikel, tulisan bisa diperoleh dari koran, majalah ataupun internet mengenai beberapa kasus, tugas tersebut disusun secara berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari maksimal 3 orang.
Buku Referensi
Winkel, Bimbingan dan Konesling di Institusi Pendidikan
Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi
Usman Najati, Al Quran dan Ilmu Jiwa
Prayitno dan Ermananti, Dasar-dasar BK
Pertemuan Pertama
Pengantar Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
Pendahuluan
Berawal dari paradigma yang muncul bahwa istilah bimbingan konseling ini berasal dari bangsa-bangsa Eropa Barat yakni Amerika Serikat pada waktu itu istilah asingnya ”Guidance and Counseling” artinya Bimbingan dan Konseling. Sebelum munculnya istilah ini pada tahun 50-an ini sudah ada di negara Eropa Barat yang lebih akrab disebut dengan koseling atau bimbingan karir. Perlu diketahui bahwa masyarakat Eropa Barat berbeda dengan masyarakat Indonesia. Di Eropa Barat masyarakatnya lebih dikenal dengan masyarakat industri artinya mereka banyak bekerja di lahan perindustrian sedangkan masyarakat Indonesia banyak bekerja di lahan agraris yakni bercocok tanam atau bertani. Dari sisi geografis sudah dapat dibedakan, perbedaaan lain yang bisa kita dapatkan diantaranya :
- Penghargaan/pemanfaatan Waktu
- Kondisi daerahnya masing-masing
- Penerapan pola pendidikan
Di Eropa Barat terdapat beberapa industri yang menawarkn bagi calon ataupun para pekerjanya untuk bisa diterima menjadi pekerja/karyawan. Atau bisa dikatakan jumlah pekerjaan dan tenaga kerja lebih banyak jumlah pekerjaan yng ditawarkan. Sehingga masyakat Eropa Barat, seperti Amerika Serikat merasa dipusingkan dengan berbagai macam tawaran pekerjaan. Pada akhirnya mereka membutuhkan seorang konselor yang bisa membantu mereka di dalam menentukan pilihan-pilihan pekerjaan, sehingga berkembangnya–lembaga sosial yang bertugas untuk membantu para calon/pekerja yang membutuhkan untuk diberikan bimbingan dalam membantu menyelesaikan maslah yang terkait dengan bursa kerja atau pilihan karir. Lembaga ini sering disebut dengan Sosial Worker atau pekerja sosial. Yang pada akhirnya dari Bimbingan dan Konseling Karir berkembang tidak hanya memberikan bimbingan atau konseling karir akan tetapi bentuk pelayanan lain. Di Indonesia berbeda dengan di Eropa Barat atau Amerika Serikat. Dengan struktur geografis dan kondisi yang bebeda, maka Konseling Karir ini berkembangn menjadi istilah Penyuluhan dari istilah aslinya Guidance. Pada istilah penyuluhan ini banyak digunakan sebagai ajang kampanye ataupun sosialisasi kepada masyarakat yang bersifat penyuluhan, seperti penyuluhan pertanian, KB, penyuluhan kesehatan ibu dan anak, Gizi dan lain sebagainya. Kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pada tahun 60-an istilah bimbingan penyuluhan cukup akrab di masyarakat. Istilah ini juga digunakan di sekolah dengan sebutan BP atu guru BP. Kenapa guru BP ini juga diberikan disekolah?ini merupakan sebuah pertanyaan tentang eksistensi BP itu sendiri. Paradigma lama mengatakan kalau BP waktu itu tidak jauh dari satpam atau polisis sekolah, Keberadaannya cukup membuat siswa tkut, mereka beraggapan kalau ada siswa yang masuk BP berarti mereka adalah siswa yang nakal, bandel, sering buat masalah. Namun berjalannya waktu image seperti itu sudah berubah sekalipun masih ada di beberapa sekolah. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita melihat bahwa pendidikan nasional memiliki rumusan yang baik yaitu Mencerdasakan kehidupan bangsa baik materiil dan Spirituil artinya bahwa generasi bangsa harus cerdas dari aspek fisik, lahiriah dn juga aspek psikis atau batiniah. Sehingga untuk menggapai ini tidaklah mudah jika hanya mengandalkan pada apek kognitif, intelektua, fisik dan lahir saja akan tetapi perlu diperhatikan juga aspek psikis, moral, spiritual, dan mental. Sehingga dengan membangun keduanya maka diharapkan akan memiliki generasi yang bisa diandalkan di negara ini. Oleh karena itu untuk menyukseskan tujuan pendidikan nasional perlu upaya yang dapat menyentuh kedua aspek tadi. Bimbingan konseling mempunyai tanggung jawab di dalam membantu menyukseskan tujuan pendidikan nasional, kenapa? karena dalam menyukseskan tujuan tersebut tidak cukup dengan pengajaran di sekolah saja akan tetapi pendidik juga harus mengetahui, memahami dan mengenal kepribadian siswa, problem yang sedang dialami siswa, lingkungan siswa dan bagaimana siswa mampu mengatasi problem yang sedang mereka alami. Disinilah peran Bimbingan konseling sangat dibutuhkan terutama di sekolah. Kenapa di sekolah? Karena sebagai langkah awal untuk memberikan motivasi kepada siswa agar tujuan dapat tercapai dengan baik dalam belajar. Dan lingkup sekolah mudah dikontrol. Kemudian tahun 80-an BK mengalami perkembangan. Bimbingan konseling tidak hanya di sekolah saja tetapi juga dikembangkan di lembaga-lembaga sosial, industri, kesehatan, bahkan institusi keagaaman membutuhkan adanya konseling Karena konseling tidak memandang pada aspek SARA (Suku, Agama dan Ras), sehingga semua elemen masyarakat dapat diterima dengan terbuka. Disitulah konseling dapat berkembang, sebagaimana BK yang dikembangkan PT seperti di UIN, IAIN dan STAIN, lebih menekankan pada konseling sosial, konseling religius, industri dan sekolah. BK memiliki kode etik sebagai institusi profesi di bawah naungan ABKIN (Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia), yang dulu lebih dikenal dengan IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Penyuluhan Indonesia). BK sekarang semakin jelas arah, tujuan dan pengembangannya. Bahkan sekarang ini juga dikenal dengan konseling perkembangan yang intinya tidak hanya memberikan penanganan terhadap klien yang bermasalah tetapi juga pengembangan potensi diri atau yang dikenal dengan self development. Justru pada dekade inilah konseling perkembangan makin marak dilakukan, sebagai langkah maju untuk meningkatkan potensi yang dimiliki individu.
Tujuan BK :
Membantu individu untuk membuat pilihan-pilihan (Harmin &Cliffrod)
Memperkuat fungsi-fungsi pendidikan (Bradshow)
Membantu orang-orang menjadi insan yang berguna (Tiedman)
Mampu mengatasi masalah (Thompson)
Memberikan pandangan, pemahaman, ketrampilan dan alternatif baru (Colleman)
Agar Individu dapat membuat penyesuaian-penyesuaian (Hamrin)
Pertemuan kedua
Asas-asas BK terdiri dari 12 asas yaitu
1. Keterbukaan
2. Kesukarelaaan
3. Kerahasian
4. Kenormatifan
5. Keterpaduan
6. Kegiatan
7. Kedinamisan
8. Kekinian
9. Revral/alih tangan
10. Keahlian
11. Kemandirian
12. Tutwuri Handayani.
keterangan (Buka hal. 114)
Fungsi-fungsi BK:
1. Fungsi Pemahaman/Orientasi
2. Fungsi Pencegahan/preventif
3. Fungsi Pengentasaan masalah/Kuratif
4. Fungsi Pemeliharan/pengembangan/Self Development
Ad1. Fungsi Pemahaman
Meliputi pemahaman lingkungan, diri
Sepeti pemahaman dalam mengenal diri sendiri seperti apa adanya, supaya tidak muncul kekecewaan, frustasi dan kurang bisa memahami dalam mengenal di lingkungannya sendiri
Ad2. Fungsi Pencegahan
Sebagai langkah pencegahan supaya tidak terjadi mara bahaya yang akan menimpa klien atau para siwa seperti informasi tentang dampak pergaulan bebas, Narkoba, AIDS, HIV dll. Hal ini bisa dilakukan dengan cara penyuluhan, seminar, membuat brosur dan demo anti AIDS, HIV, kekerasan anak dan KDRT dan sebagainya.
Ad3.Fungsi Pengentasan masalah
Fungsi ini dilakukan manakala problem tersebut sedang atau masih dialami oleh klien. Maka langkah ini diambil dalam rangka membantu mengatasi masalah
Contoh masalah broken home, anak kurang PD, kesulitan finansial dll.
Ad 4. Fungsi Pengembangan
Dapat dilakukan dalam rangka untuk menemukan bakat, minat dan beberapa potensi yang dimiliki yang belum tersentuh sama sekali atau karena kliennya memang tidak mengetahui. Dan bagaiman langkah berikutnya yang harus dilakukan supaya ini dapat teratasi, hal ini juga bisa ditanyakan konselor.
(Buka hal.196)
Pertemuan ketiga
Hakekat manusia
Hakekat manusia pada dasarnya kita akan mencari siapa manusia, darimana dia berasal mau apa dia hidup, dan mau kemana nantinya. Saudara bisa membuka (Al Quran dan terjemhnya.) Dan buku konseling psikoterapi mengenai asal dan usul manusia (Bukunya KH Hamdani Bakran) (Buka Konseling dan Psikoterapi Hamdani Bakran hal.13)
Juga berbicara dengan Dimensi Kemanusiaan
- Dimensi Individual
- Dimensi Sosial
- Dimensi Susila
- Dimensi Religius
(Buka hal.12)
Pertemuan Keempat
Mempelajari tentang Landasan Bimbingan Konseling yang berisi tentang
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Psikologis
3. Landasan Sosial Budaya
4. Landasan Pedagogis
5. Landasan Ilmu dan Teknologis
(Buka hal.135)
Tugas :Membuat kasus dengan menggunakan analisisnya (pisau pembedahnya) menggunakan 2 teori landasan tersebut.
Pertemuan Kelima
1. Membahas tentang macam bimbingan dan Layanan BK
2. Layanan Orientasi
3. Layanan Penempatan dan penyaluan
4. Layanan Informasi
5. Layanan Konseling Perorangan
6. Layanan Konseling Kelompok
7. Layanan Bimbingan Belajar
8. Layanan Bimbingan Perorangan
(Buka hal 253)
Pertemuan Ketujuh
Pengenalan Alat-alat tes dan Non tes
Aspek testing yang relevan program testing dan penggunaannya
(Buka winkel 236)
Alat-alat test meliputi tes kecerdasan, penyesuaian diri, psikotest, test untuk penempatan kerja dan test kepribadian.
Membahas tentang instumentasi BK yang terdiri dari :
1. Angket tertulis
2. Wawancara informasi
3. Skala penilaian
4. Sosiometri
5. Identitas diri klien
6. Daftar Riwayat Hidup
7. Kartu Anekdota
8. Home Visit
9. Konferensi Kasus/pertemuan kasus
Baca bukunya Winkel (Bimbingan dan Konesling di Institusi Pendidikan hal.228)
Pertemuan Kedelapan
Praktek mengerti dan memahami fungsi dan kegunaannyamenggunakan alat-alat tersebut
Pertemuan kesembilan
Kode Etik dan Profesi Konselor (Buka hal.337)
Pertemuan Kesepuluh
1. Pengumpulan tugas studi kasus dengan 2 pendekatan dari landasan BK
2. Studi kasus melalui contoh dari potongan korang
Pertemuan sebelas
TAS